Profil Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra

Latar Belakang

Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra menyajikan informasi tentang kebinekaan bahasa dan sastra di Indonesia. Laboratorium ini menyajikan keberagaman bahasa dan sastra daerah di seluruh Indonesia. Jika ditelusuri lebih lanjut, di balik keberagaman bahasa daerah tersebut ditemukan adanya berbagai kesamaan, misalnya kesamaan dalam hal kosakata.

Pada 2019, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB) telah memetakan dan memverifikasi 718 bahasa daerah di Indonesia. Data yang ditampilkan di Laboratorium ini merupakan hasil penelitian dan pemetaan bahasa yang dirintis oleh BPPB sejak tahun 1992. Saat ini, Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra menyajikan data bahasa daerah yang akan terus diperbaharui di masa datang. Bahasa daerah tersebut tidak hanya menyimpan kekayaan fitur-fitur kebahasaan tetapi juga kearifan lokal dan nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia.

Keberadaan Laboratorium ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat bahwa Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman bahasa dan sastra. Di samping itu, keberadaan Laboratorium ini diharapkan dapat menjadi salah satu media pemelajaran bahasa dan sastra daerah bagi berbagai kalangan, baik pemelajar, akademisi, maupun masyarakat umum. Untuk itu, Laboratorium ini menampilkan beberapa fitur sebagai berikut.

1.  Peta persebaran bahasa daerah di Indonesia.

2.  Contoh 200 kosakata dasar swadesh, yaitu kosakata terkait budaya dasar dari berbagai bahasa daerah di Indonesia.

3.  Video tuturan sastra lisan, cerita rakyat, dan nyanyian rakyat dari berbagai daerah di Indonesia.

4.  Pohon kekerabatan bahasa hasil analisis kekerabatan antarbahasa daerah di Indonesia.

5.  Ekspresi dan transkripsi berbagai bahasa daerah di Indonesia.


Keragaman Bahasa

Indonesia kaya akan bahasa daerah. Pemetaan bahasa yang dilaksanakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menunjukkan bahwa bahasa daerah di Indonesia berjumlah 718 bahasa (Oktober 2019). Berdasarkan persebaran menurut wilayah pulau/kepulauannya ditemukan data bahasa daerah di Indonesia sebagai berikut: (1) Sumatra: 26 bahasa, (2) Jawa dan Bali: 10 bahasa, (3) Kalimantan: 58 bahasa, (4) Sulawesi: 62 bahasa, (5) Nusa Tenggara Barat: 11 bahasa, (6) Nusa Tenggara Timur: 72 bahasa, (7) Maluku: 80 bahasa, dan (8) Papua: 428 bahasa (Badan Bahasa, 2019).

Bahasa daerah memiliki kekayaan berupa fitur-fitur kebahasaan, misalnya kosakata dan ekspresi bahasa. Untuk itu, Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra menampilkan ekspresi dan fitur-fitur kebahasaan untuk menggambarkan keanekaragaman bahasa daerah di Indonesia. Selain itu, laboratorium ini juga menampilkan jendela-jendela pengetahuan seputar bahasa-bahasa daerah. Dengan ditampilkannya keberagaman bahasa dan sastra daerah dalam laboratorium ini, diharapkan masyarakat semakin mengenal dan mengapresiasi keberagaman kekayaan bahasa dan sastra daerah yang dimiliki dalam satu kerangka NKRI.

Tujuan

Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra bertujuan mendokumentasikan dan mengenalkan kekayaan bahasa dan sastra daerah di Indonesia agar lebih mudah dipelajari dan dipahami oleh seluruh masyarakat Indonesia.


Laboratorium Kebinekaan

Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra merupakan galeri informasi bahasa dan sastra Indonesia yang berbasis teknologi informasi. Dinamisnya perkembangan ilmu pengetahuan kebahasaan dan kesastraan di Indonesia yang multikultur mendorong Laboratorium ini memiliki sebuah wadah informasi yang dapat terus diperbarui dan mudah diakses. Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra berupaya menyajikan informasi kebahasaan dan kesastraan secara digital dan interaktif supaya kebutuhan masyarakat akan informasi yang mutakhir secara cepat dan mudah dapat terfasilitasi.

Sumber Data

Koleksi Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra baik berbentuk audio visual maupun cetak merupakan kumpulan data hasil kegiatan pemetaan bahasa daerah yang telah dilaksanakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Data yang diambil sebagai bahan koleksi dianalisis dan diolah kemudian dikemas sesuai dengan keperluan agar mudah diakses oleh semua lapisan masyarakat.

Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra berupaya menyajikan data bahan koleksi dengan kualitas yang baik. Upaya ini diwujudkan dengan melakukan verifikasi data dan pengontrolan kemasan data bahan koleksi. Untuk melaksanakan upaya ini, para pakar yang terkait ikut dilibatkan. Di samping itu, pemutakhiran data bahan koleksi tetap dilakukan untuk menjaga kualitas data yang disajikan di Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra.


Data Bahasa Daerah

Studi mengenai pemetaan bahasa untuk mengetahui jumlah bahasa daerah di nusantara sudah banyak dilakukan. Namun, masih terdapat kesimpangsiuran terkait jumlah bahasa daerah di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh perbedaan metode dan perangkat yang digunakan dalam penelitian pemetaan bahasa. Selain itu, penelitian pemetaan bahasa ini belum pernah dilakukan secara serempak di seluruh Indonesia sehingga status bahasa daerah tidak ditentukan pada kurun waktu yang bersamaan. Oleh karena itu, sudah selayaknya Indonesia menentukan teori dan metode yang seragam untuk mengatasi kesimpangsiuran hasil penelitian terkait jumlah bahasa daerah. Berikut adalah persebaran jumlah bahasa daerah di Indonesia berdasarkan hasil pemetaan bahasa Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa sampai Oktober 2019.

  1. Sumatra: 26 bahasa;
  2. Jawa dan Bali: 10 bahasa; 
  3. Kalimantan: 58 bahasa;
  4. Sulawesi: 62 bahasa;
  5. Nusa Tenggara Barat: 11 bahasa;
  6. Nusa Tenggara Timur: 72 bahasa;
  7. Maluku: 80 bahasa;
  8. Papua: 428 bahasa.

Kekerabatan Bahasa Daerah

Kekerabatan bahasa-bahasa daerah di Indonesia dapat dilihat menggunakan perhitungan leksikostatistik. Untuk itu, bahasa daerah yang disajikan dalam Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra yang dikelompokkan ke dalam tiga wilayah berikut juga akan dilihat tingkat kekerabatannya menggunakan perhitungan leksikostatistik.

a.  Subkelompok Sumatra, Jawa, Bali, dan NTB

No

Nama Bahasa

No

Nama Bahasa

1

Bahasa Devayan

15

Bahasa Kaur dialek E

2

Bahasa Gayo

16

Bahasa Enggano

3

Bahasa Siglai

17

Bahasa Rejang

4

Bahasa Aceh

18

Bahasa Pasemah/Kisam

5

Bahasa Toba Humbang

19

Bahasa Lampung Abung

6

Bahasa Nias Selatan

20

Bahasa Jawa

7

Bahasa Minang dialek Manggilang

21

Bahasa Sunda

8

Bahasa Mentawai

22

Bahasa Madura

9

Bahasa Melayu

23

Bahasa Melayu

10

Bahasa Kerinci

24

Bahasa Bali

11

Bahasa Ogan Ilir

25

Bahasa Bali Sasak

12

Bahasa Kayu Agung

26

Bahasa Bima

13

Bahasa Komering dialek Campang Tiga

27

Bahasa Sumbawa/Samawa

14

Bahasa Lematang dialek Ujan Mas

28

Bahasa Sasak

b.  Subkelompok Kalimantan

No

Nama Bahasa

No

Nama Bahasa

1

Bahasa Uud Danum

25

Bahasa Pambuang

2

Bahasa Bekatik

26

Bahasa Tawoyan

3

Bahasa Taman

27

Bahasa Sampit

4

Bahasa Ribun

28

Bahasa Tamuan

5

Bahasa Galik

29

Bahasa Katingan

6

Bahasa Kayaan

30

Bahasa Dayak Ngaju

7

Bahasa Berangas

31

Bahasa Abai

8

Bahasa Dusun Keyah

32

Bahasa Diag lay

9

Bahasa Lawangan

33

Bahasa Bulungan

10

Bahasa Samihin

34

Bahasa Dusun

11

Bahasa Bajau Semayap

35

Bahasa Long Lamcin

12

Bahasa Manyan

36

Bahasa Punan Paking

13

Bahasa Bakumpai

37

Bahasa Tegalan

14

Bahasa Banjar

38

Bahasa Uma Lung

15

Bahasa Balai

39

Bahasa Bajau Pondong

16

Bahasa Bayan

40

Bahasa Long Pulung

17

Bahasa Baream

41

Bahasa Segai

18

Bahasa Dayak Kapuas

42

Bahasa Tunjung

19

Bahasa Bara Injey

43

Bahasa Dayak Basab

20

Bahasa Dayak Pulau Telo

44

Bahasa Kenyah

21

Bahasa Dayak Sei Dusun

45

Bahasa Lundaye

22

Bahasa Dusun Kalahein

46

Bahasa Benuaq

23

Bahasa Kadorih

47

Bahasa Pasir

24

Bahasa Mentawa

48

Bahasa Tidung

c.  Subkelompok Sulawesi

No

Nama Bahasa

No

Nama Bahasa

1

Bahasa Toraja

24

Bahasa Besoa

2

Bahasa Massemrengpulu (Duri)

25

Bahasa Bungku

3

Bahasa Mandar

26

Bahasa Buol

4

Bahasa Mamuju

27

Bahasa Dondo

5

Bahasa Mamasa

28

Bahasa Kaili

6

Bahasa Makasar

29

Bahasa Kulawi

7

Bahasa Bugis

30

Bahasa Wolio

8

Bahasa Konjo Bira

31

Bahasa Tolaki (Mekongga)

9

Bahasa Bonerate

32

Bahasa Pulo (Tomia)

10

Bahasa Baras

33

Bahasa Muna

11

Bahasa Laiyolo

34

Bahasa Cia-Cia

12

Bahasa Toli-Toli

35

Bahasa Kulisusu

13

Bahasa Taa

36

Bahasa Moronene

14

Bahasa Seko

37

Bahasa Sangihe Talaud

15

Bahasa Saluan

38

Bahasa Ponosakan

16

Bahasa Pamona

39

Bahasa Pasan

17

Bahasa Pipikoro (Uma)

40

Bahasa Tonsea

18

Bahasa Rampi

41

Bahasa Minahasa Tonsawang

19

Bahasa Bada

42

Bahasa Minahasa Totemboan

20

Bahasa Bajo

43

Bahasa Mongondow

21

Bahasa Balaesang

44

Bahas Gorontalo

22

Bahasa Balantak

45

Bahasa Bantik

23

Bahasa Banggai

46

Bahasa Wotu

Analisis kekerabatan mengindikasikan bahwa terdapat persamaan antara bahasa dan dialek yang berbeda dengan tingkat kekerabatan sebagaimana yang digambarkan oleh Keraf (1991: 35) berikut ini.

Tingkatan Bahasa

Waktu pisah dalam abad

Prosentase kata kerabat Bahasa (Language)

Bahasa (Language)

0 – 5

100 – 81

Keluarga (Family)

5 – 25

81 – 36

Rumpun (Stock)

25 – 50

36 – 12

Mikrofilum

50 -75

12 – 4

Mesofilum

75 – 100

4 – 1

Makrofilum

100 – ke atas

1 – kurang dari 1 %

Berdasarkan perhitungan leksikostatistik, diketahui hasil kekerabatan ketiga subkelompok bahasa daerah, di antaranya tergambar pada beberapa contoh bahasa berikut.

1.  Bahasa (language)

a.  Bahasa 20 dan 21 (bahasa Jawa di Yogyakarta dan bahasa Sunda di Jawa Barat) berkerabat pada tataran rumpun bahasa dengan hitungan kuantitatif 23%.

b.  Bahasa 22 dan 19 (bahasa Madura di Jawa Timur dan bahasa Lampung Abung di Lampung) berkerabat pada tataran rumpun bahasa dengan hitungan kuantitatif 18,5%.

c.  Bahasa 30 dan 33 (bahasa Bekatik dan bahasa Galik di Kalimantan Barat) berkerabat pada tataran rumpun bahasa dengan hitungan kuantitatif 17%. 

2.  Keluarga (family)

a.  Hubungan kekerabatan bahasa tertinggi ditunjukkan dengan tingkat kekerabatan pada taraf keluarga (family) sebesar 53,5%, yaitu hubungan antara bahasa 59 dan 65 (bahasa Abai, Kalimantan Timur dan bahasa Tegalan, Kalimantan Timur).

b.  Bahasa 24 dan 25 (bahasa Bali di Bali dan Bali Sasak di Bali) berkerabat pada tataran keluarga (family) dengan hitungan kuantitatif 37%.

3.  Rumpun (stock)

a.  Bahasa 27 dan 28 (bahasa Sumbawa (Samawa) di NTB dan bahasa Sasak di NTB) berkerabat pada tataran rumpun dengan hitungan kuantitatif 16,5%. 

b.  Bahasa 29 dan 45 (bahasa Uud Danum di Kalimantan Barat dan bahasa Baream di Kalimantan Tengah) berkerabat pada tataran rumpun bahasa dengan hitungan kuantitatif 26,7%.

4.  Mikrofilum

a.  Ketiga rumpun bahasa di atas, yaitu (1) rumpun Sumatra, Jawa, Bali, dan NTB, (2) rumpun Kalimantan, dan (3) rumpun Sulawesi berkerabat pada tataran mikrofilum.

b.  Rumpun bahasa (1) Sumatra, Jawa, Bali, dan NTB dan (2) rumpun bahasa Kalimantan berkerabat pada tingkatan mikrofilum dengan persentase 4,9%, 5,9%, dan 8,3%. 

c.  Rumpun bahasa Kalimantan dan rumpun bahasa Sulawesi berkerabat pada tingkatan mikrofilum, yaitu dengan persentase 7,3%, 7,4%, dan 7,5%.

5.  Mesofilum

Ketiga rumpun bahasa di atas menunjukkan hasil rerata terendah pada tingkatan mesofilum dengan hasil hitungan leksikostatistik 2%, yaitu hubungan antara bahasa 14 dan 19 (bahasa Lematang dialek Ujan Mas, Sumatra Selatan dan bahasa Lampung Abung, Lampung).